Tanjangawan

Komposisi penduduk
Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria (ukuran) tertentu. Dasar untuk menyusun komposisi penduduk yang umum digunakan adalah umur, jenis kelamin, mata pencaharian, dan tempat tinggal. Pengelompokkan penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam pengambilan kebijakan dan pembuatan program dalam mengatasi masalah-masalah di bidang kependudukan.
Di atas sudah dijelaskan tentang definisi Komposisi penduduk dan dasar menyusun komposisi penduduk yang salah satunya adalah komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan mata pencaharian. berdasarkan data yang didapatkan saat penelitian di desa tanjangawan bahwa komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan mata pencarian penduduk adalah sebagai berikut:
· Komposisi penduduk menurut jenis kelamin desa tanjangawan,kec ujung pangkah kab. Gresik adalah sebagai berikut: desa tanjang awan terdiri dari 751 penduduk bejenis kelamin laki-laki dan 695 berjenis kelamin perempuan .
· Komposisi penduduk menurut jenis pekerjaan di desa Tanjangawan kec. Ujung pangkah kab. Gresik adalah sebagai berikut berdasarkan temuan dilapangan bahwa penduduk desa tanjangawan sebagian besar bermata pencarian sebagai petani baik itu petani tambak maupun petani sawah. Dan sisanya adalah bermata pencarian sebagai pedagang, sopir, buruh pabrik,pns,tki dll lebih jelasnya lihat diagram di bawah ini :



3.2 Temuan Lapangan Tetang Karakteristik Masyarakat Desa
3.2.1 Masyarakat sedang berkembang atau belum berkembang
Dalam konsep pembangunan yang dikembangkan selama ini, dikotomi antara kota dan desa tidak dapat terhindarkan. Dalam teori dan pelaksanaan pembangunan, pada umumnya kegiatan pertanian dianggap identik dengan desa, sedangkan industri identik dengan kota. Dikotomi yang cenderung hitam putih ini membawa implikasi yang banyak menimbulkan masalah dalam implementasinya, misalnya adalah pencapaian tujuan pembangunan yang tidak optimal atau menetapkan indikator pembangunan yang cenderung lebih tinggi bagi kemajuan pembangunan desa.
Di negara berkembang umumnya, pembangunan yang lebih banyak difokuskan di perkotaan dengan penekanan pada pembangunan industri dibandingan di pedesaan menyebabkan terjadinya “bias pada perkotaan’” yang mencerminkan alokasi sumberdaya yang lebih berpihak pada kota sedangkan sektor pertanian diabaikan. Sebaliknya, pembangunan pedesaan (rural-led development) didesain dengan cenderung mengabaikan perkotaan dan mendefinisikan wilayah perdesaan dari aktifitas pertaniannya belaka (Suparlan, 2007). Padahal, selain khas dan bahwa desa tidak sama dengan kota, karakteristik sosial ekonomi penduduk pedesaan dan sumberdaya alam yang medukungnya pun sangat beragam antar belahan dunia.
Pembangunan nasional yang bias ke kota menyebabkan pembangunan pada kota-kota besar di Indonesia memunculkan permasalahan seperti urbanisasi dan sektor informal yang tidak terkontrol. Sebagai contoh, tiap tahun jumlah urbanisasi di Surabaya mencapai 3-4 persen dari total jumlah penduduk yang saat ini mencapai 2 juta jiwa (Akhmad, 2007). Hal ini ironis dengan kenyataan bahwa di Surabaya saat ini terdapat sekitar 111.000 warga yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sementara dampak terhadap lapangan pekerjaan, menurut Rachbini (2006), jumlah pekerja informal pada tahun 2005 mencapai 61 juta orang atau 64 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Angka tersebut meningkat dari waktu ke waktu karena penyerapan tenaga kerja di sektor formal tidak cukup signifikan.
Di lain pihak, pada wilayah pedesaan terjadi tekanan terhadap penduduk terhadap sumber daya alam, timbulnya kemiskinan, degradasi lingkungan, serta merenggangnya hubungan sosial yang ada. Perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan tingkat pembangunan wilayah, menunjukkan bahwa kawasan perdesaan masih relatif tertinggal jika dibandingkan dengan perkotaan. Di Indonesia, jumlah penduduk miskin di perdesaan pada tahun 2004 mencapai 24,6 juta jiwa, dua kali lipat lebih lebih tinggi dibanding di perkotaan, yaitu 11,5 juta jiwa. Dalam Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK), pembangunan pedesaan dijadikan sebagai salah satu program tersendiri dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2005-2009. Namun, agar tidak terjadi lagi pembangunan pedesaan yang “urban bias” perlu perumusan-perumusan baru baik dalam konsep maupun strategi, pendekatan, dan indikator keberhasilan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa Tanjangawan kec. Ujung pangkah kab. Gresik pada waktu lalu. Di temukan bahwa desa tanjangawan merupakan desa sedang berkembang karena dilihat dari pembangunan selama 5 tahun terakhir desa tersebut belum mengalami perkembangan yang signifikan. Baik itu dalam segi perekonomian warganya maupun dari sektor pendidikannya terbukti dari 378 KK, terdapat 49 KK yang kaya,111 KK yang hidup pas-pas”an dan 199 KK hidup di garis kemiskinan. Walaupun perkembangannya berjalan agak lambat tetapi desa tanjangawan termasuk desa yang sedang berkembang karena setiap tahunnya desa tersebut mengalami perkembangan walaupun tidak signifikan.

3.2.2 Sebagian besar atau sekitar 70% samapai 80% masyarakat bertani (petani sawah, petani tambak)
Dari hasil penelitian yang dilakukan di desa Tanjangawaan kec. Ujung pangkah kab. Gresik ditemukan hasil bahwa masyarakat desa tanjangawan masih banyak yang menggantungkan hidupnya dengan alam artinya adalah sebagian besar dari jumlah penduduk usia kerja di desa tanjangawan itu bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 70% penduduk usia kerja adalah berprofesi sebagai petani baik itu petani tambak ataupun petani sawah dan sisanya adalah pegawai swasta dan PNS. Di bawah ini adalah gambar kegiatan para petani desa tanjangawan.






3.2.3 Wilayah terpencil
Wilayah pedesaan identik dengan daerah yang terisolasi dari dunia luar atau modernisasi karena wilayahnya yang berada di pegunungan dan di pelosok pelosok daerah. Tetapi dari hasil penelitian bahwa desa tanjangawan terletak di kabupaten gresik dan berada di kecamatan ujung pangkah dan desa tanjangawan juga dekat dengan kecamatan sidayu kab. Gresik yang merupakan pusat kegiatan warga gresik utara.Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwasanya desa tanjangawan tidak terlalu terpencil namun terisolasi dari modernisasi, karena masyarakat disana menjujung tinggi budaya mereka sendiri.
3.2.4 pendidikan dan kesehatan
Dari pengamatan dilapangan dari segi pendidikan dan kesehatan yang ada di desa tanjang awan itu belum memadai karena di desa tersebut baru ada 1 sarana pendidikan itu pun sampai dengan pendidikan madrasa ibtidaiyah atau SD jadi setelah lulus SD masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi mereka harus sekolah di luar desa atau luar kecamatan . selain itu dari data yang diperoleh selama berda di desa tanjangawan dari segi Pendidikan presentasinya adalah sebagai berikut: 17,84% tidak tamat SD, 40,54% tamat SLTP, 27,23% tamat SLTA ,diploma atau S1 13,66%.
Sedangkan dari segi kesehatan desa Tanjangawan kec. Ujung pangkah kab. Gresik hanya mempunyai 1 puskesmas yang melayani kesehatan warga sekitar.

3.2.5 Ketergantungan pada elit desa atau elit keluarga secara emisional masih kuat
Berdasarkan penelitian di desa tanjangawan, dari segi pemerintahan Masyarakat di sana hanya mengikuti kebijakan dari desa, tanpa ada usaha untuk memengaruhi kebijakan tersebut. Kalau desa membuat keputusan A masyarakat akan mengikuti kebbijakan tersebut selama kebijakan tersebut baik bagi desa.
3.2.6 Ikatan atau dasar hubungan antar manusia berdasrkan etnik atau kesukuan atas dasar pertalian darah yang erat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan beberapa waktu lalu bahwa Masyarakat desa tanjangawan itu sangat homogen dan hubungan mereka atas dasar kekeluargaan, sehingga apabila tetangga mereka ada yang tertimpa musibah maka tetangga yang lain akan membantu atau menjenguk meskipun tidak di suruh.
3.2.7 Pemukiman sederhana
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa tanjangawan beberapa waktu lalu kami dapatkan beberapa data diantaranya mengenai permukiman yang ada di desa tanjangawan. Bahwa permukiman desa tanjangawan tergolong desa linier di dataran rendah yaitu Permukiman penduduk di desa tanjangawan umumnya memanjang sejajar dengan jalan raya yang menembus desa tersebut. Jika desa mekar secara alami, tanah pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada kalanya pemekaran ke arah dalam ( di belakang perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan raya mengelilingi desa ( ring road ) agar permukiman baru tak terpencil.
Dan rumah didesa tanjangawan masih sangat sederhana. Ada beberapa rumah masyarakat masih sangat tradisional mereka membangun rumah asalkan cukup untuk berteduh tanpa mementingkan kualitas rumahnya.


3.2.8 Konflik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di desa tanjangawan beberapa waktu lalu bahwa Masyarakat di desa tanjangawan sering terjadi konflik salah satunya adalah konflik antar warga desa karena masalah sepele seperti konflik yang terjadi pada awal tahun 2012 lalu, ada salah seorang peternak kambing yang menggembala kambing terssebut di sawah setelah itu kambing tersebut makan padi milik warga dan ketahuan pemiliknya padi tersebut akibatnya terjadilah konflik antar warga dan menyebabkan salah seorang warga terluka karena sambitan senjata tajam. Dan bukan hanya itu saja di desa tanjangawan sering terjadi konflik antar pemuda desa tanjangawan dengan pemuda desa tetangga. Biasanya konflik terjadi karena masalah sepele seperti bersenggolan dan berbeda pendapat dan itu melibatkan semua kelompok pemuda desa konflik seperti ini biasanya disebut dengan tawuran.
3.2.9 Gotong royong
Berdasarkan observasi di lapangan masyarakat desa Tanjangawan sering mengadakan kegiatan gotong royong terutama pada hari libur masyarakat di desa tanjangawan melakukan kegiatan gotong royong yang disana biasanya di sebut dengan kerja bakti untuk membersikan lingkungan sekitar desa. Dan pada saat kita observasi di lapangan masyarakat di desa tanjangawan sedang kerja bakti untuk membangun gapura desa. Di bawah ini adalah gambar gapura desa tanjang awan yang sedang di perbaiki dan di kerjakan secara gotong royong.

3.2.10 Tolong monolong
Dari hasil pengamatan di desa Tanjangawan, kec Ujung Pangkah, kab Gresik bahwa masyarakat di desa tersebut mempunyai keperdulian yang sangat erat antara warga yang satu dengan warga yang lainnya. Contohnya: ketika ada salah satu warga yang mengalami kesusaan seperti kebakaran,warga yang meninggal dunia,kecelakaan,dan lain sebagainya. pasti tetangga dekat atau warga sekitar menolongnya tanpa dimintai tolong.

3.2.11 Musyawaroh
Ketika pemerintah desa akan membuat kebijakan maka kebijakan yang akan diterapkan akan di musyawarohkan dengan penduduk desa terlebih dahulu, yang diwakili oleh masing masing ketua RT, kemudian hasil kebijakan akan di sosialisasikan pada masyarakat.
Tanjangawan desa yang indah


Source: Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Tanjangawan, Ujung Pangkah, Gresik

0 comments: